Jum’at, 18 Juni 2008

Hari ini adalah hari dimana saya harus meninggalkan Kota Bandung = Kota Kelahiran saya, dimana berarti sayapun jauh dari keluarga dan teman-teman. Saya dan anak saya = Rafli = akan pergi ke Kota Bangka kota kelahiran istri saya. Dimana Istri dan anak saya yang kecil + rialdi = sudah terlebih dahulu ke Bangka sejak Bulan Januari 2008 lalu.

Saya terpaksa menyusul karena menunggu Rafli menyelesaikan dahulu kenaikan kelasnya ke kelas tiga. Disamping itu mudah-mudahan Rumah yang saya tempati ini ada yang minat beli soalnya sudah gencar di iklan. Rencana akan dijual murah alias rugi. It’s okay. Duit bisa dicari…….

Bicara tentang murah. Itulah kenapa saya booking ticket hari ini karena murah. Sudah tidak dalam masa Hpliday. Rafli sendiri berarti satu minggu dalam urusan sekolah ketinggalan. Dimana Rafli akan sekolah di Kota Bangka nantinya pun belum tahu. karena Mamahnya bilang belum didaftar. Waduh,……..

Pagi ini saya pamitan ke seluruh tetangga saya di Komplek Griya Bandung Asri. Kutitipkan tiga kunci rumah ke tetangga untuk memasarkan rumah saya untuk dijual.

Banyak tetangga yang membekali Rafli dengan makanan dan juga duit. Saya ucapkan terimakasih untuk seluruh warga RT.03 RW.08 yang sudah bersimpati terhadap kami.

Jam 10.30 dengan dua mobil. satu mobil saudara – heri dan teni, satu mobil adik – nanan, mela, juga ayah, kami berangkat menuju Bandung Super Mall untuk booking menuju Bandara Soekarno Hatta, dimana pesawat saya adalah pesawat jam tiga sore, yang semula Batavia diganti menjadi Sriwijaya karena kesalahan ticket agency.

Kamipun melambai. Disana orang-orang yang saya cintai, berarti saya akan jauh dengan mereka. Sedih memang. Tapi itulah kenyataan yang harus diterima. Sebagai penghibur hati , “Istri dan anak saya yang kecil menanti disana dan sebentar lagi kan jumpa”.

Untuk Rafli sendiripun saya bisa merasakan dilihat dari matanya yang terus menatap keluar jendela melihat-lihat pemandangan sejak dari bandung sampai bandara. Kasihan…….. dia adalah Objek Penderita, yang tak bisa menolak apa yang menjadi keputusan Orang tua dimana dia harus pindah sekolah dan berpisah dengan teman-teman mainnya. Dan sebagai penghiburnya, saya katakan ” Mamah dan Adiknya sedang menanti…!”.

Kesedihan yang dipikirkan Rafli pun nampak pudar setibanya di Bandara, kini dia mulai banyak bicara dan mulai nampak merindukan Mamah dan adiknya maka kutelepon Mamahnya dan membiarkan mereka bicara sejaligus memberitahukan bahwa kami sebentar lagi Take Off.

Setelah Landing di Bandara Depati Amir Pangkal pinang Bangka kulihat diatas gedung orang melambai. disana nampak Istri saya sedang melambai-lambai, kuberi tahu Rafli bahwa Mamah disana. Kamipun membalas lambaian.

Dari segi lama bulan yang hanya lima bulan memang cukup buat kami merasa rindu, terlebih dari itu, di kota Pulau kecil Bangka ini Kami akan memulai hidup baru dalam artian merintis kembali segalanya dari nol terutama didalam hal kekayaan DENGAN KEKUATAN DAN KEUTUHAN CINTA DIDALAM KEBERSAMAAN. Itulah yang tanpa sadar saya berlinang airmata. namun kembali saya tersadar bahwa RODA KEHIDUPAN SUDAH DIATUR OLEH YANG MAHA KUASA.

Selain Istri ternyata saya juga disambut oleh adik istri – Madi dan keluarganya – mereka menjemput saya dengan mobilnya. Perjalananpun kembali harus ditempuh dua jam dari Bandara menuju rumah di Toboali.

Rencana tinggal. Istri sudah merencanakan bahwa kami akan tinggal dirumah warisan orang tuanya yang hanya ditinggalin oleh adiknya – Deni beserta istri dan anaknya. Sedang Madi sendiri menempati rumah sebelah dibelakang, masih rumah warisan orang tua. Alhamdulillah kini saya menempati rumah dan halaman besar yang kurang lebih luasmya 2000 meter persegi, sedang rumah saya di Bandung hanya 100 meter persegi. Nikmati saja……

Jadi di Pulau ini untuk sementara saya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk tempat tinggal sampai rumah warisan ini laku dijual, yang memang sedang ditawar-tawarkan. Ya ginilah enaknya kawin sama orang kaya hahaha……Maaf cuma guyon…..

So buat readers doain saya agar kebeli lagi rumah disini. Don’t worry I pray you too.