raflihuda
Lahirnya Rafli merupakan kebahagiaan saya dan Istri. Saya ingin mengabadikan sebuah gambar yang bagus, tentunya itu harus di Studio photo. Gambar itupula nantinya mau saya kirim ke Majalah Ayahbunda. Maka disaat dia berusia empat hari kami bertiga pergi ke Yani Photos di jalan Buahbatu dengan menaiki Angkutan umum. Jaraknya sih tidak begitu jauh dari rumah.

Besok malamnya, Rafli menunjukan gejala sakit batuk pilek. Karena masih bayi pengobatannya melalui ibu. Mamahnya disuruh minum obat batuk pilek namun itu tidak membantu. Maka dihari ke enam malam itu kami pergi ke Dokter di lingkungan rumah kami. Dokter Umum. Sebagai pencegahan langkah awal.

Malamnya Rafli disusui. Setelah meminum obat. Namun alangkah terkejutnya saya juga istri melihat Rafli kulitnya hitam membiru. Astaghfirullah….. tak ada denyut nadi. Dengan rasa panic saya panggil Nenek. Raflipun dipangkunya. Sambil berdoa, jemari Nenek menekan dada Rafli, tak lama kemudian Raflipun menangis.

Untuk menghentikan tangisan, Raflipun disusui kembali. Dan kejadian tadipun terulang lagi, kini saya yang mengambil inisiatif memberikan pertolongan pertama, memberi nafas buatan lewat mulutnya yang mungil yang masih berusia 6 hari. Raflipun muntah mengeluarkan air susu.

Saya telah salah membawanya ke Dokter Umum yang hanya karena dekat. Seharusnya saya membawanya ke Dokter Spesialis Anak. Tindakan nenek itu benar, menekankan jemari didada, setelah saya membeli buku Gangguan pernafasan atau paru-paru.

Malam ini saya dan istri menjaga Rafli sambil sesekali memeriksa denyut nadinya. Yang memang denyut nadinya begitu lemah. Malam ini benar-benar malam Horor.

Besok paginya, Rafli menyusui lagi dan terus menyusu dan menyusu tak kenyang-kenyang, membuat heran Istri. Dengan tenang saya jawab, “Mungkin dia lapar, semalaman gak ada netek”.

Keceriaan saya sirna kembali karena tak menyangka kejadian semalam terulang lagi. Mukanya benar-benar membiru apalagi bibirnya terlihat jelas. Segera saya beri nafas buatan kembali. Bahkan saya tidak sadar dan itu tidak boleh, saya meniupnya terlalu keras, itu untuk orang dewasa, sedang bayi paru-parunya masih lemah, kecil lagi.

Pertolongan saya tak berhasil. Saya ambil minyak talon. Didekatkannya kehidungnya, tetap tak berhasil. Saya ambil alcohol. Dicoba lagi namun tetap tak berhasil. Akhirnya saya teriak, “ tilpun taxi…..tilpun taxi….!!” Menyuruh siapa yang ada dirumah, sementara saya langsung lari kejalan mencari taxi.

Tak lama Taxipun ada. Istripun sudah siap. Segera kami naik dan menuju rumah sakit Immanuel. Saya duduk didepan. Tanpa sadar tangan kiri saya masih memegang alcohol dan tangan kanan minyak telon yang saya tutup dengan ibu jari.

Taxi lewat pasar kaget. Pasti jalan macet. Pikiran saya sudah hampa. YAA ALLAH haruskah saya kehilangan anak yang baru beberapa hari dilahirkan. Sinar matahari terasa panas menembus mobil. Kulihat Istriku dibelakang terlihat matanya berlinang sambil masih menggendong Rafli.

Tiba-tiba keajaiban terjadi, Rafli batuk kemudian muntah, rupanya Mamahnya baru saja memberikan nafas buatan. “Alhamdulillah……….!”, ucapku menambah deras air mata keluar.

Setibanya di rumah sakit, Raflipun langsung ditangani. Perasaanpun kini mulai melega.rs. immanuel

UIH KAPAYUN